80 % RS di Jateng-DIY Kekurangan Apoteker

SOLO (http://suaramerdeka.com, November 2011) - Sebanyak 80 persen rumah sakit di Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta belum memenuhi standar minimal jumlah apoteker yang dimiliki.  Sesuai Kepmenkes No 1197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, satu apoteker menangani maksimal 30 bed pasien rawat inap. Kenyataannya, rata-rata mencapai 167 bed.
”Banyak rumah sakit yang masih kekurangan apoteker, termasuk rumah sakit pemerintah. Padahal apoteker memegang peran penting dalam mengurus obat,” kata Kepala Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat Fakultas Farmasi UGM, Dr Satibi MSi Apt dalam seminar di Universitas Setia Budi (USB) Surakarta, Sabtu (26/11).
Data tersebut telah dipaparkannya dalam disertasi pada tahun ini. Menurut Satibi, kekurangan jumlah apoteker berisiko tinggi bagi keselamatan pasien.

Pasalnya, kinerja apoteker berhubungan langsung dengan mereka. Apoteker yang terlalu banyak menangani pasien memiliki kemungkinan melakukan medication errors. Mereka bisa salah dalam menentukan dosis obat sehingga berbahaya bagi pasien. Ketua Dewan Redaksi Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF) Fakultas Farmasi UGM ini menambahkan, kebutuhan apoteker juga termasuk pelayanan pasien rawat jalan.

Spesialisasi
Semua hal yang bersangkutan dengan obat-obatan, terlebih obat keras, harus dilakukan mereka. Langkah ini sesuai PP No 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. ”Tidak bisa dikatakan berapa kekurangannya. Namun, disesuaikan dengan jumlah pasien di setiap rumah sakit,” imbuh Satibi. Beliau menyebut apoteker sebaiknya juga memiliki spesialiasi seperti dokter.  Di antaranya spesialis pelayanan dan spesialis manajemen.

Saat ini, pendidikan Fakultas Farmasi di beberapa universitas masih umum. Spesialisasi ditujukan meningkatkan standar kompetensi apoteker di Indonesia.
Ketua panitia seminar yang juga dosen farmasi USB, Dyah Susilowati MSi Apt, menerangkan seminar diikuti 400 peserta. Beberapa di antaranya ketua dan anggota Ikatan Apoteker indonesia (IAI) dari beberapa daerah. ”Tujuan seminar ini untuk meningkatkan peran apoteker dalam pengelolaan obat aspek manajerial dan klinis,” jelas Dyah.

(sumber : suaramerdeka.com/November 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apapun itu adanya, komentar Anda kami harapkan demi kemajuan bersama... silahkan